Rabo-Rabo, Tradisi Lestari dari Kampung Tugu
Alunan suara gitar, biola dan musik-musik lainnya terdengar merdu. Suara-suara keramaian yang mengisi vocal siang itu seakan menghipnotis lupa akan terik matahari yang begitu menyengat. Jika didengar lebih seksama lantunan lagu berirama keroncong.
Ternyata warga yang saling menyanyi dengan lagu keroncong ini dalam rangka acara Rabo-rabo. Acara ini rutin dilaksanakan setahun sekali dalam rangka perayaan Natal dan menyambut tahun baru. Rabo-rabo dilaksanakan di sekitar Kampung Tugu, Kecamatan Koja, Jakarta Utara,
Warga kampung Tugu memang kita kenal sebagai warga keturunan bangsa Portugis. Hingga kini tradisi yang sudah melekat sejak nenek moyang pun masih bisa dilestarikan, contohnya Rabo-rabo dan masih ditemukan nama warga dengan nama Portugis.
Jika diartikan Rabo yang berasal dari bahasa Portugis berarti mengikuti atau mengekor. Nah, kebiasaan warga kampung Tugu dalam menggunakan kata selalu diulang sehingga acara ini lebih familiar dengan nama Rabo-rabo.
Setelah melakukan ibadah di gereja dan berziarah ke makam. Warga berkumpul di gereja, kemudian akan mengunjungi dari rumah ke rumah dengan memainkan lagu keroncong dan saling memaafkan satu sama lain.
Menurut Erni L. Michiels, ketua Ikatan Keluarga Besar Tugu, tujuan diadakannya Rabo-rabo tak lain untuk mempererat tali persaudaraan antar warga. Mungkin ini yang menjadikan bumbu rahasia warga karena acara Rabo-rabo masih lestari hingga kini.

















